Sunday, August 4, 2013
Selamat Hari Raya Idul Fitri 1434H
Saya, Yunisman, dan keluarga mengucapkan selamat merayakan Idul Fitri 1434H semoga Allah menerima ibadah kita selama Ramadhan ini. Minal 'aidin wal faidzin, mohon maaf lahir dan batin.
Memperbaiki Inverter yang Jebol
Dengan tujuan untuk kepraktisan, ketika listrik PLN mati, aku menyambungkan listrik dari inverter aki mobil ke jaringan listrik rumah setelah terlebih dahulu mematikan sekring utama (MCB) dan mencabut colokan peralatan yang berat-berat seperti rice cooker, kulkas, tv, dan mesin cuci. Dengan cara begini semua lampu bisa dipakai, dengan mewanti-wanti anak-anak agar jangan menghidupkan sekaligus semua lampu, tapi bergantian, demi menjaga batrai mobil agar tetap bisa dipakai buat menghidupkan mesin esok paginya. Listrik PLN yang mati mulai pukul 10 malam, ternyata nyala kembali pukul 2 dinihari. Anakku yang SMA pertama kali menyadari ini karena melihat cahaya dari lampu penerangan jalan menerobos masuk rumah. Dalam keadaan mengantuk rupanya lupa pesanku tentang prosedur perpindahan dari tenaga inverter ke PLN. Dia langsung menaikkan MCB dalam keadaan inverter masih nyala dan tersambung ke jaringan PLN. Akibatnya inverter langsung jebol. Kalau dinyalakan kipasnya tetap berputar dan lampu merah (vault) menyala, dan tidak ada tegangan AC yang keluar.
Aku pantang menyerah sebelum mencoba, walaupun sebelumnya belum pernah mengutak-atik inverter. Aku mengambil multimeter dan mulai ukur sana ukur sini. Aku mencurigai barisan empat buah power mosfet di bagian outputnya. Kodenya IRF840. Ketika dilakukan pengukuran pada kaki-kakinya, dua fet yang ditengah memperlihatkan karakteristik yang mencurigakan. Untuk pastinya harus dilepas dulu. Bagaimana cara melepas solderannya? Kakinya ada tiga. Biasanya kalau kaki komponen lebih dari dua maka yang mudah adalah dengan menyedot timah solderan tapi penyedot timah solderan aku tidak punya. Kesulitanya ditambah lagi karena papan pcb-nya tipe dual layer (permukaan atas dan bawahnya disolder). Cara lain adalah dengan mematahkan kaki-kakinya terlebih dahulu, lalu dijepit dengan pinset sambil dipanaskan dengan solder. Tapi cara ini merusak komponen yang belum tentu rusak. Akhirnya aku dapat ide. Ketiga kaki mosfet tersebut dibanjiri dengan timah solder sampai short. Dalam keadaan solderan panas mencair tersebut mosfet ditarik dan lepas dengan mudah. Setelah keempat mosfetnya dilepas dan diukur ulang, ternyata benar, dua di antaranya dipastikan rusak.
Di sebuah toko komponen elektronik di Blok A aku mendapatkan mosfet pengganti yang rusak tersebut. Kebetulan tersisa dua buah itu, harganya 5 ribu per buah. Setelah dipasangkan, alhamdulillah, inverter kembali berfungsi dengan normal. Demikianlah pengalaman memperbaiki inverter yang jebol semoga berguna bagi pembaca sekalian.
Aku pantang menyerah sebelum mencoba, walaupun sebelumnya belum pernah mengutak-atik inverter. Aku mengambil multimeter dan mulai ukur sana ukur sini. Aku mencurigai barisan empat buah power mosfet di bagian outputnya. Kodenya IRF840. Ketika dilakukan pengukuran pada kaki-kakinya, dua fet yang ditengah memperlihatkan karakteristik yang mencurigakan. Untuk pastinya harus dilepas dulu. Bagaimana cara melepas solderannya? Kakinya ada tiga. Biasanya kalau kaki komponen lebih dari dua maka yang mudah adalah dengan menyedot timah solderan tapi penyedot timah solderan aku tidak punya. Kesulitanya ditambah lagi karena papan pcb-nya tipe dual layer (permukaan atas dan bawahnya disolder). Cara lain adalah dengan mematahkan kaki-kakinya terlebih dahulu, lalu dijepit dengan pinset sambil dipanaskan dengan solder. Tapi cara ini merusak komponen yang belum tentu rusak. Akhirnya aku dapat ide. Ketiga kaki mosfet tersebut dibanjiri dengan timah solder sampai short. Dalam keadaan solderan panas mencair tersebut mosfet ditarik dan lepas dengan mudah. Setelah keempat mosfetnya dilepas dan diukur ulang, ternyata benar, dua di antaranya dipastikan rusak.
Di sebuah toko komponen elektronik di Blok A aku mendapatkan mosfet pengganti yang rusak tersebut. Kebetulan tersisa dua buah itu, harganya 5 ribu per buah. Setelah dipasangkan, alhamdulillah, inverter kembali berfungsi dengan normal. Demikianlah pengalaman memperbaiki inverter yang jebol semoga berguna bagi pembaca sekalian.
Inverter sebagai Sumber Listrik Cadangan untuk Laptop
Ketika bepergian dengan mobil dan membawa laptop, seringkali kita perlu mencharge ulang batrai laptop sementara kita dalam perjalanan. Di sini ternyata sekali manfaat inverter. Dengan mencolokkan kabel inputnya ke cigarette lighter (pemantik rokok) di mobil, maka tersedia listrik 220 Volt untuk mencharge batrai laptop. Kita tidak perlu lagi numpang ngecharge di restoran atau di pom bensin karena memakan waktu lama. Inverter 1000 watt dengan daya bersih sekitar 400 watt harganya Rp 300 ribu, sementara yang 300 watt (bersihnya 120 watt) harganya Rp 190 ribu.
Bila anda berniat membeli inverter, yang perlu diperhatikan adalah bentuk gelombang keluarannya. Ada gelombang persegi (kualitas paling jelek), gelombang modified-sine (kualitas menengah) dan gelombang true sine (kualitas terbaik). Tentu saja harga akan sebanding dengan kualitas. Karakteristik kedua yang perlu diperhatikan adalah efisiensi inverter itu sendiri. Makin tinggi efisiensinya makin bagus dan makin mahal harganya. Tipe yang saya pakai, menurut manualnya, mempunyai efisiensi 40%, artinya walaupun di luar tertulis 1000 watt tapi yang bisa dihasilkan maksimal hanya 400 watt saja.
Bila anda berniat membeli inverter, yang perlu diperhatikan adalah bentuk gelombang keluarannya. Ada gelombang persegi (kualitas paling jelek), gelombang modified-sine (kualitas menengah) dan gelombang true sine (kualitas terbaik). Tentu saja harga akan sebanding dengan kualitas. Karakteristik kedua yang perlu diperhatikan adalah efisiensi inverter itu sendiri. Makin tinggi efisiensinya makin bagus dan makin mahal harganya. Tipe yang saya pakai, menurut manualnya, mempunyai efisiensi 40%, artinya walaupun di luar tertulis 1000 watt tapi yang bisa dihasilkan maksimal hanya 400 watt saja.
Aki "deepcycle"
Aku baru tahu ternyata aki biasa (seperti aki mobil) kurang cocok dipakai untuk lampu emergency atau penyimpan listrik tenaga surya, karena aki tipe ini tidak dirancang untuk diambil listriknya sampai habis lalu diisi lagi. Aki mobil dirancang untuk pemakaian arus tinggi dalam waktu singkat, seperti ketika menstart mesin mobil. Normalnya aki mobil tidak pernah terkuras sampai mendekati habis listriknya. Paling-paling terpakai 25% karena selalu diisi lagi oleh alternator mobil. Beda dengan aki untuk sumber listrik di rumah, di sini listriknya mungkin akan terpakai sampai habis, diisi lagi dengan charger kalau listrik PLN sudah menyala atau diisi dengan listrik tenaga surya kalau haru sudah siang, dipakai lagi sampai mendekati habis, demikian berulang-ulang. Inilah yang disebut "deep cycle". Ternyata ada aki yang khusus untuk keperluan ini. Saya coba tanya di sebuah toko aki di Jalan M. Yamin, Pasar Raya Padang, mereka tahu ada aki tipe tersebut tapi tidak punya. Harganya juga lebih mahal. Aki tipe ini biasanya dipakai untuk speedboat, atau untuk menyimpan listrik tenaga surya. Aki deep cycle ini dirancang untuk dipakai 50% - 80% kapasitasnya sebelum diisi ulang. Pelat-pelat aki deep cycle dibuat lebih tebal untuk dapat lebih bertahan terhadap siklus pengisian dan pengurasan (charge and discharge). Tapi prinsip aki tetap sama, makin sedikit kapasitasnya terpakai (dalam siklus charge dan discharge) makin tahan aki tersebut, sebaliknya makin sering di-charge dalam keadaan hampir kosong maka makin pendek umur aki tersebut.
Lampu Emergency: Pilih Genset atau Aki?
Akhir-akhir ini listrik di kota Padang mengalami pemadaman bergilir lagi. Kadang siang kadang malam. Sekali gena giliran kurang lebih tiga jam. Repot memang, apalagi sekarang bulan puasa. Kadang lagi memasak nasi di rice cooker tiba-tiba listrik mati, terpaksa dipindahkan (dilanjutkan) dengan kompor. Lalu bagaimana dengan fungsi warmer pada rice cooker, bukankah tidak bisa digantikan dengan kompor? Saya belum pernah mencoba menjaga nasi tetap hangat dari magrib sampai sahur dengan panas kompor. Makanan di kulkas jadi basi. Televisi tidak bisa menyala, begitu pula laptop dan modem. Begitu banyak masalah yang timbul bila tidak ada listrik.
Lalu muncul ide untuk menyediakan sumber listrik darurat. Ada dua pilihan, genset atau aki. Keduanya punya kelebihan dan kekurangan. Genset dengan daya 1 KW harganya sekitar satu jutaan. Dengan daya sebesar itu cukup untuk menghidupkan peralatan listrik di rumahku yang sederhana. Tapi yang paling tidak enak dengan genset adalah suaranya yang bising. Bukan hanya keluargaku yang akan terganggu, tetangga juga akan merasa kesal, dan itu tidak baik. Bagaimana dengan listrik tenaga aki? Dari segi noise jelas aki tidak bersuara alias senyap, tapi kelemahannya adalah harga aki dan inverter yang bagus lumayan mahal. Setelah menimbang-nimbang untung ruginya akhirnya aku membuat sebuah keputusan tengah. Sebuah inverter dengan kualitas sedang dan sumber daya dari aki mobil. Di blok A kutemukan inverter merk Doxin dengan kapasitas tertulis 1000 watt. Di kertas manualnya tertera bahwa alat ini mempunya efisiensi sebesar 40%, itu artinya daya yang dapat dihasilkannya adalah 400 watt saja. Kupikir tak apalah tidak bisa nonton tv selama listrik PLN mati. Dengan daya segitu juga tidak mungkin untuk memasak nasi atau menyeterika pakaian. Yang penting untuk sekedar menyalakan lampu sudah bisa.
Demikianlah akhirnya. Ketika listrik PLN benar-benar mati, maka inverter dicolokkan ke lobang cigarette lighter di mobil dan kunci kontak di posisi ACC. Pertama kali mencobanya aku hanya berani menghidupkan sebuah lampu hemat energi 20 watt. Secara teoritis, aki mobil dengan kapasitas 40 AH (amper jam) dalam keadaan penuh akan mampu mensuplai listrik dengan arus 40 Ampere selama 1 jam, atau 1 Ampere selama 40 jam. Satu buah lampu 20 watt membutuhkan arus 20/220 Ampere atau kira-kira 0,1 Ampere. Tapi kenyataannya mungkin lebih daripada itu, karena masih ada energi yang terpakai untuk inverter itu sendiri. Arus real itu tentu harus diukur antara aki dan inverter, bukan antara inverter dan lampu. Sayangnya saya belum punya ampermeter.
Lalu muncul ide untuk menyediakan sumber listrik darurat. Ada dua pilihan, genset atau aki. Keduanya punya kelebihan dan kekurangan. Genset dengan daya 1 KW harganya sekitar satu jutaan. Dengan daya sebesar itu cukup untuk menghidupkan peralatan listrik di rumahku yang sederhana. Tapi yang paling tidak enak dengan genset adalah suaranya yang bising. Bukan hanya keluargaku yang akan terganggu, tetangga juga akan merasa kesal, dan itu tidak baik. Bagaimana dengan listrik tenaga aki? Dari segi noise jelas aki tidak bersuara alias senyap, tapi kelemahannya adalah harga aki dan inverter yang bagus lumayan mahal. Setelah menimbang-nimbang untung ruginya akhirnya aku membuat sebuah keputusan tengah. Sebuah inverter dengan kualitas sedang dan sumber daya dari aki mobil. Di blok A kutemukan inverter merk Doxin dengan kapasitas tertulis 1000 watt. Di kertas manualnya tertera bahwa alat ini mempunya efisiensi sebesar 40%, itu artinya daya yang dapat dihasilkannya adalah 400 watt saja. Kupikir tak apalah tidak bisa nonton tv selama listrik PLN mati. Dengan daya segitu juga tidak mungkin untuk memasak nasi atau menyeterika pakaian. Yang penting untuk sekedar menyalakan lampu sudah bisa.
Demikianlah akhirnya. Ketika listrik PLN benar-benar mati, maka inverter dicolokkan ke lobang cigarette lighter di mobil dan kunci kontak di posisi ACC. Pertama kali mencobanya aku hanya berani menghidupkan sebuah lampu hemat energi 20 watt. Secara teoritis, aki mobil dengan kapasitas 40 AH (amper jam) dalam keadaan penuh akan mampu mensuplai listrik dengan arus 40 Ampere selama 1 jam, atau 1 Ampere selama 40 jam. Satu buah lampu 20 watt membutuhkan arus 20/220 Ampere atau kira-kira 0,1 Ampere. Tapi kenyataannya mungkin lebih daripada itu, karena masih ada energi yang terpakai untuk inverter itu sendiri. Arus real itu tentu harus diukur antara aki dan inverter, bukan antara inverter dan lampu. Sayangnya saya belum punya ampermeter.
Subscribe to:
Posts (Atom)